Analisis Vegetasi
Eri
Nainggolan, A1c410024
Pendidikan
Biologi, Jurusan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas
Jambi, 2013
Abstrak
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan komposisi
jenis dan bentuk atau struktur vegetasi atau masyarakat tumbuhan. Praktikum ini dilakukan dengan membuat plot dan diamati morfologi serta
identifikasi vegetasi yang ada. Pengamatan dilakukan pada hari kamis, 20
desember 2012 di hutan
Universitas Jambi dengan alat ataupun bahan yang digunakan pada
praktikum ini adalah tali rapia, meteran, dan lain sebagainya. Metode yang
dilakukan yaitu analisis vegetasi untuk
menentukan jumlah populasi pohon yang terdapat pada suatu wilayah. Analisis
yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat 11 spesies dengan jumlah keseluruhan
spesies adalah 15 pada seluruh plot. Dominansi vegetasi tebesar adalah pada
spesies K dengan Indeks Nilai Penting (INP) sebesar 58,09 % dan terendah pada
Spesies C sebesar 15,34 %.
Kata kunci: Analisis Vegetasi, Vegetasi, Indeks
Nilai Penting
Pendahuluan
Analisis vegetasi ialah suatu cara
mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur)
vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk
pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis
vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan
indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis
vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi
suatu komunitas tumbuhan (Greig-Smith, 1983 dalam
Heriyanto, 2009).
Analisis vegetasi merupakan cara
mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau
masyarakat tumbuh-tumbuhan. Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari
susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan:
1) Mempelajari tegakan hutan, yaitu pohon dan
permudaannya.
2) Mempelajari tegakan tumbuhan bawah, yang dimaksud
tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan
hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-alang dan vegetasi
semak belukar.
Dari segi floristis ekologis pengambilan
sampling dengan cara “random sampling” hanya mungkin digunakan apabila lapangan
dan vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman. Pada umumnya
untuk keperluan penelitian ekologi hutan lebih tepat dipakai “systematic
sampling”, bahkan “purposive sampling” pun boleh digunakan pada keadaan
tertentu. Luas daerah contoh vegetasi yang akan diambil datanya sangat
bervariasi untuk setiap bentuk vegetasi mulai dari 1 dm2 sampai 100
m2. Suatu syarat untuk daerah pengambilan contoh haruslah representatif
bagi seluruh vegetasi yang dianalisis.
Keadaan ini dapat dikembalikan kepada sifat umum suatu vegetasi yaitu vegetasi
berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk oleh populasi-populasi. Jadi peranan individu suatu jenis tumbuhan
sangat penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-individu
tadi, dengan demikian untuk melihat suatu komunitas sama dengan memperhatikan
individu-individu atau populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang ada secara
keseluruhan. Ini berarti bahwa daerah pengambilan contoh itu representatif bila didalamnya terdapat semua atau sebagian
besar dari jenis tumbuhan pembentuk komunitas tersebut (Setiadi, 1984 dalam Heriyanto 2009).
Dengan demikian pada suatu daerah
vegetasi umumnya akan terdapat suatu luas tertentu, dan daerah tadi sudah
memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara keseluruhan.yang disebut luas
minimum (Syafeyi, 1990 dalam
Heriyanto, 2009). Dalam hal ini praktikan melakukan
penelitian terhadap unit penyusun vegetasi pohon di hutan Universitas
Jambi. Unit penyusun vegetasi (komunitas) adalah
populasi, sedangkan unit penyusun populasi adalah semua individu yang berada di
tempat praktikan dilakukan. Oleh karena itu, dalam penelitian mengenai vegetasi
tumbuhan dilakukan dengan cara mengamati individu-individu yang terdapat dalam
populasi tersebut. Kajian mengenai vegetasi mengungkapkan sifat dari setiap
populasi sehingga dapat menggambarkan vegetasi berdasarkan karakteristik suatu
populasi tersebut. Dalam hal ini kami mengadakan praktikum tentang analisis
vegetasi pohon
Metode yang kami
lakukan dalam praktikum analisis vegetasi pohon adalah metode kuadrat. Pohon
yang kami dapat dalam plot adalah pohon yang diameter batangnya mencapai 31,5
cm. Dengan adanya hal tersebut kami melakukan praktikum
tentang analisis vegetasi pohon yang selanjutnya kami akan menentukan nama
pohon yang kami temukan dengan cara identifikasi, kemudian menentukan
kerapataan populasi, dominansi populasi, frekuensi populasi, nilai penting
suatu komunitas tumbuhan serta analisis vegetasi.
Vegetasi merupakan
kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam
mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik
diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme
lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis.
Vegetasi tanah dan
iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang
spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain
karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu
sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.
Analisis vegetasi
adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk
(struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi
adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan
analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk
menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan
analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan
komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif
komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu:
1. Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis
dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan
berbeda
2. Menduga tentang keragaman jenis
dalam suatu areal
3. Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor
lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983 dalam Heriyanto 2009).
Gambaran
tentang suatu vegetasi dapat dilihat dari keadaan unit penyusun vegetasi yang
di cuplik. Berbagai karakter tumbuhan dapat di ukur, biasanya parameter
vegetasi yang umum diukur adalah densitas (kerapatan), dominansi, dan frekuensi
(kekerapan), Indeks Nilai Penting (INP). Densitas, dominan, frekuensi, dan INP
dapat di peroleh dengan berbagai cara metode sampling. Parameter vegetasi
tersebut dapat diukur secara kuantitatif sebagai berikut :
1. Densitas seluruh spesies
Densitas seluruh
spesies = Jumlah cacah individu seluruh spesies / Luas daerah cuplikan
2. Densitas spesies A
Densitas spesies A =
Jumlah cacah individu spesies A / Luas area cuplikan
3. Luas area cuplikan
Luas area cuplikan =
Jumlah plot x Luas plot
4. Densitas relatif spesies A
Densitas relatif
spesies A = Total cacah individu spesies A / Total cacah individu seluruh
spesies x 100%
5. Frekuensi absolute
Frekuensi absolut =
Jumlah plot yang ada spesies A/ Jumlah seluruh plot x 100%
6. Frekuensi spesies A
Frekuensi adalah pengukuran distribusi atau
agihan spesiesyang ditemukan pada plot yang dikaji. Frekuensi menjawab
pertanyaan pada plot mana saja spesies tersebut ditemukan atau beberapa kali
munculnya suatu spesies pada plot yang di teliti. Frekuensi diekspresikan
sebagai prosentase munculnya cacah plot tempat suatu spesies ditemukan.
Frekuensi spesies A = jumlah plot terdapatnya spesies A x 100 %
jumlah seluruh plot yang dicuplik
Misalnya spesies A dalam 10 plot yang di
teliti ditemukan 2 kali atau muncul 2 kali, Jadi
frekuensi spesies A =
x 100 % = 20 %

Frekuensi dapat di
nyatakan dalam pecahan atau dalam persen. Frekuensi dapat juga di ekspresikan
dengan istilah relatif.
Frekuensi relatif spesies A = total frekuensi spesies A x 100 %
Jumlah
total frekuensi spesies A
7. Frekuensi relatif
Frekuensi relatif =
Frekuensi spesies A / Frekuensi spesies x 100 %
8. Kerapatan (K)
Kerapatan populasi di
definisikan sebagai ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang.
Kerapatan kasar merupakan cacah individu per satuan ruang total sedangkan
kerapatan ekologik adalah cacah individu per satuan habitat (luas daerah yang sesungguhnya
dapat di huni populasi). Bisa juga dinyatakan bahwa kerapatan adalah jumlah
individu per unit area.
Individu dalam
populasi mungkin diagihkan menurut tiga pola yaitu : acak, seragam dan
berkelompok (tidak teratur dan tidak teracak). Dominasi adalah pengendalian
nisbi yang di terapkan oleh makhluk atas komposisi spesies dalam komunitas.
|

ID : indeks dominansi
n
: jumlah plot yang di dalamnya terdapat spesies A
N
: jumlah X (spesies A)
Tipe penyebaran
· jika id = 1, maka distribusi populasi
adalah random
· jika id > 1, maka distribusi
populasi adalah seragam
· jika id < maka distribusi populasi adalah mengelompok.
9. Dominansi absolute spesies
Dominansi absolute diperoleh
dengan cara sebagai berikut :
![]() |
10. Basal area
Basal area merupakan
penutupan areal hutan mangrove oleh batang pohon. Basal area didapatkan dari
pengukuran batang pohon mangrove yang diukur secara melintang (Cintron dan
Novelli, 1984). Diameter batang tiap spesies tersebut kemudian diubah menjadi
basal area dengan menggunakan rumus :
Dimana : BA = Basal Area
Ï€ = 3,14
d = Diameter batang
11.
Kerapatan absolute
Kerapatan absolute =
Luas area / P2
P = Total jarak /
jumlah point center
12.
Kerapatan relative
Kerapatan relative = Jumlah spesies / Total seluruh spesies x 100 %
(Bambang, 2012).
Bahan Dan
Metode
Adapun alat ataupun bahan yang
digunakan praktikum analisis vegetasi adalah tali rapia, meteran, buku, pena dan
lain sebagainya. Percobaan Analisis Vegetasi dilaksanakan pada hari kamis, 20
desember 2012 pada area hutan Universitas Jambi. Pengamatan dilakukan dengan
cara menghitung seberapa luas penyebaran populasi vegetasi suatu tumbuhan yang
terdapat di suatu lahan. Percobaan dilakukan dengan membuat plot berukuran 5 x
5 meter. Setiap kelompok melakukan pengamatan terhadap dua buah plot membentuk pola
berseberangan, sehingga antara plot satu dan plot lainnya membentuk arah
diagonal dengan vegetasi yang berbeda-beda tiap plot. Didalam tiap plot yang
telah dibuat diamati vegetasi yang ada, kemudian dilakukan pengukuran dan
pengambilan sampel dengan catatan diameter vegetasi yang dipilih memiliki
diameter lebih dari 10 cm. Sampel yang didapat di identifikasi jenisnya
berdasarkan strutur morfologi yang terlihat seperti daun, dahan, buah, dan
biji.
Keseluruhan data vegetasi yang
diperoleh dari setiap kelompok dikumpulkan untuk di identifikasi apakah
terdapat spesies yang serupa. Sampel yang diperoleh dibuat dalam bentuk tabel
data kelas dan dihitung jumlah spesies vegetasi yang berhasil di identifikasi.
Dilakukan pula penghitungan terhadap kerapatan, frekuensi, dominansi dan Indeks
Nilai Penting (INP).
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Tabel 3.1 Lembar data pengamatan analisis vegetasi
dengan metode kuadran
No
|
Nama spesies
|
Jumlah pada plot
|
∑
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|||
1
|
A
|
-
|
1
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
2
|
B
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
3
|
C
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
4
|
D
|
-
|
-
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
5
|
E
|
-
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
6
|
F
|
-
|
-
|
-
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
7
|
G
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
-
|
-
|
1
|
8
|
H
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
-
|
-
|
1
|
9
|
I
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
-
|
-
|
1
|
10
|
J
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
-
|
1
|
2
|
11
|
K
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
2
|
3
|
Tabel 3.2 Lembar data keliling, jari-jari, dan luas bidang dasar suatu
jenis
No
|
Spesies
|
keliling
(m)
|
r
(m)
|
Luas
bidang dasar (m2)
|
1
|
A1
|
0,57
|
0,090
|
0,025
|
2
|
A2
|
0,37
|
0,058
|
0,010
|
3
|
B
|
0,82
|
0,130
|
0,053
|
4
|
C
|
0,345
|
0,054
|
0,009
|
5
|
D
|
0,47
|
0,074
|
0,017
|
6
|
E
|
0,81
|
0,128
|
0,052
|
7
|
F
|
0,429
|
0,068
|
0,014
|
8
|
G
|
0,37
|
0,059
|
0,010
|
9
|
H
|
0,754
|
0,120
|
0,045
|
10
|
I
|
0,389
|
0,062
|
0,012
|
11
|
J1
|
1,039
|
0,165
|
0,086
|
12
|
J2
|
0,779
|
0,124
|
0,048
|
13
|
K1
|
1,6
|
0,127
|
0,050
|
14
|
K2
|
0,434
|
0,069
|
0,015
|
15
|
K3
|
0,829
|
0,132
|
0,054
|
Tabel 3.3 Kerapatan mutlak dan Kerapatan relatif
No
|
Spesies
|
KM
(pohon/ ha)
|
KR(%)
|
1
|
A
|
80
|
13.33
|
2
|
B
|
40
|
6,66
|
3
|
C
|
40
|
6,66
|
4
|
D
|
40
|
6,66
|
5
|
E
|
40
|
6,66
|
6
|
F
|
40
|
6,66
|
7
|
G
|
40
|
6,66
|
8
|
H
|
40
|
6,66
|
9
|
I
|
40
|
6,66
|
10
|
J
|
80
|
13.33
|
11
|
K
|
120
|
20
|
Tabel 3.4 Frekuensi mutlak dan frekuensi relatif
No
|
Spesies
|
FM
|
FR
(%)
|
1
|
A
|
0,2
|
14,28
|
2
|
B
|
0,1
|
7,14
|
3
|
C
|
0,1
|
7,14
|
4
|
D
|
0,1
|
7,14
|
5
|
E
|
0,1
|
7,14
|
6
|
F
|
0,1
|
7,14
|
7
|
G
|
0,1
|
7,14
|
8
|
H
|
0,1
|
7,14
|
9
|
I
|
0,1
|
7,14
|
10
|
J
|
0,2
|
14,28
|
11
|
K
|
0,2
|
14,28
|
Tabel 3.5 Dominansi mutlak dan dominansi relatif
No
|
Spesies
|
DM (m2/ ha)
|
DR(%)
|
1
|
A
|
1,47
|
7,23
|
2
|
B
|
2,12
|
10,43
|
3
|
C
|
1,312
|
1,53
|
4
|
D
|
0,6
|
2,95
|
5
|
E
|
2,12
|
10,43
|
6
|
F
|
0,6
|
2,95
|
7
|
G
|
0,45
|
2,21
|
8
|
H
|
1,81
|
8,91
|
9
|
I
|
0,48
|
2,36
|
10
|
J
|
5,52
|
27,17
|
11
|
K
|
4,48
|
13,81
|
Tabel 3.6 Indeks Nilai Penting dan SDR (Summed Dominance ratio) setiap
spesies pohon
No
|
Spesies
|
INP
|
SDR
|
1
|
A
|
34,84
|
11,61
|
2
|
B
|
24,24
|
8,08
|
3
|
C
|
15,34
|
5,11
|
4
|
D
|
16,76
|
5,59
|
5
|
E
|
24,24
|
8,08
|
6
|
F
|
16,76
|
5,59
|
7
|
G
|
16,02
|
5,34
|
8
|
H
|
22,72
|
7,57
|
9
|
I
|
16,17
|
5,39
|
10
|
J
|
54,78
|
18,26
|
11
|
K
|
58,09
|
19,36
|
Pembahasan
Pengamatan vegetasi yang telah dilakukan
memperlihatkan data dengan hasil jumlah vegetasi yang ditemukan adalah 15
spesies yang terdiri dari 11 jenis spesies, dimana spesies yang tersebut belum
teridentifikasi. Perhitungan lebih kompleks dari vegetasi yang didapat dan di
identifikasi meliputi kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi
relatif, dominasi, dominasi relatif, dan indeks nilai penting disajikan pada
tabel lampiran. data menunjukkan bahwa komposisi dan struktur tumbuhan yang
nilainya bervariasi pada setiap jenis karena adanya perbedaan karakter
masing-masing pohon.
Menurut Kimmins (1987), variasi
struktur dan komposisi tumbuhan dalam suatu komunitas dipengaruhi antara lain
oleh fenologi, dispersal, dan natalitas. Keberhasilannya menjadi individu baru
dipengaruhi oleh vertilitas dan ekunditas yang berbeda setiap spesies sehingga
terdapat perbedaan struktur dan komposisi masing-masing spesies.
Kerapatan relatif setiap vegetasi
berbeda-beda. Terlihat dari data yang dihitung bahwa kerapatan vegetasi
tertinggi adalah pada Spesies A sebesar 13,33%, kemudian diikuti Spesies J
dengan kerapatan sebesar 13,33%, serta spesies B sama dengan spesies C, spesies
D, spesies E, spesies F, spesies G, spesies H, spesies I vegetasi dengan
kerapatan rendah sebesar 6,67% dan kerapatan tertinggi terdapat pada spesies K
dengan kerapatan relatif sebesar 20 %
Kerapatan suatu spesies menunjukkan
jumlah individu spesies dengan satuan luas tertentu, maka nilai kerapatan
merupakan gambaran mengenai jumlah spesies tersebut pada lokasi pengamatan. Nilai
kerapatan belum dapat memberikan gambaran tentang bagaimana distribusi dan pola
penyebarannya. Gambaran mengenai distribusi individu pada suatu jenis tertentu
dapat dilihat dari nilai frekwensinya sedangkan pola penyebaran dapat
ditentukan dengan membandingkan nilai tengah spesies tertentu dengan varians
populasi secara keseluruhan (Arrijani, 2006).
Frekuensi terbesar ditemukan pada
vegetasi spesies A, spesies J dan K sebesar 14,28% dari 10 plot yang diamati,.
Jenis ini merupakan jenis yang nilai kerapatan dan frekuensinya tertinggi
sehingga dapat dianggap sebagai jenis yang rapat serta tersebar luas pada
hampir seluruh lokasi pengamatan. Kedua nilai ini penting artinya dalam
analisis vegetasi karena saling terkait satu dengan yang lainnya.
Menurut Greig-Smith (1983) nilai
frekuensi suatu jenis dipengaruhi secara langsung oleh densitas dan pola
distribusinya. Nilai distribusi dapat memberikan informasi tentang keberadaan
tumbuhan tertentu dalam suatu plot dan belum dapat memberikan gambaran tentang
jumlah individu pada masing-masing plot.
Dominansi pada setiap vegetasi yang
ditemukan terbesar pada spesies J sebesar 27,17 % dan Spesies K sebesar 23,81 %,
sementara dominansi terendah terdapat pada vegetasi jenis spesies C, Spesies G
dan Spesies I.
Indeks nilai penting merupakan hasil
penjumlahan nilai relatif ketiga parameter (kerapatan, frekwensi dan dominasi)
yang telah diukur sebelumnya, sehingga nilainya juga bervariasi. Nilai INP
tertinggi ditemukan pada jenis pesies K sebesar 58,09 %. Besarnya indeks nilai
penting menunjukkan peranan jenis yang bersangkutan dalam komunitasnya atau
pada lokasi penelitian. Sehingga dari pengamatan yang telah dilakukan diperoleh
hasil bahwa vegetasi dominan yang tersebar pada hutan Universitas jambi adalah
dari Spesies K.
Simpulan
Berdasarkan data hasil pengamatan dan
pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam analisis komunitas tumbuhan
terdapat parameter-parameter yang harus dilakukan untuk kepentingan analisis
komunitas tumbuhan. Parameter yang digunakan dalam praktikum ini yaitu
parameter kualitatif yang didalamnya terdapat densitas yaitu jumlah individu
per unit luas atau per unit volume, frekuensi yaitu besarnya intensitas
ditemukannya suatu species organisme dalam pengamatan keberadaan organisme pada
komunitas atau ekosistem, luas penutupan yaitu proporsi antara luas
tempat yang ditutupi oleh species tumbuhan dengan luas total habitat,
indeks nilai penting yaitu parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk
menyatakan tingkat dominansi species-spesies dalam suatu komunitas
tumbuhan, indeks dominansi yaitu parameter menyatakan tingkat terpusatnya
dominansi species dalam suatu komunitas, indeks keragaman yaitu ciri tingkatan
komunitas berdasarkan organisasi biologinya. Berdasarkan percobaan analisis
vegetasi yang telah dilkukan diperoleh kesumpulan sebagai berikut: Terdapat 15
jenis vegetasi dari 10 plot area pada hutan Universitas jambi, setiap jenis
vegetasi memiliki kerepatan, frekuensi, dominansi dan INP yang berbeda-beda
Kerapatan vegetasi tertinggi
terdapat pada Spesies K sebesar 20% dan terendah terdapat pada spesies B sampai
I, Frekuensi vegetasi tertinggi terdapat pada Spesies A, spesies J, dan spesies
K sebesar 14,28%, dan terendah terdapat pada spesies B sampai I dengan
frekuensi relatif sebesar 7, 14 %. Dominansi vegetasi tertinggi terdapat pada
Spesies J sebesar 27,17% dan terendah terdapat pada spesies C sebesar 1,53 %, INP
vegetasi tertinggi terdapat pada Spesies K sebesar 58,09% dan terendah terdapat
pada spesies C sebesar 15,34 %.
Analisis Vegetasi dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar pesatnya penyebaran suatu spesies pada suatu area
pangamatan/penelitian. Sehingga dapat diketahui kerapata, frekuensi, dominansi,
dan INP dari spesies itu sendiri.
Daftar Pustaka
Arrijani, dkk .2006. Analisis Vegetasi. Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango
Bambang, dkk. 2012. Penuntun Praktikum
Ekologi Umum. Jambi: UNJA
Greig-Smith, P. 1983. Quantitative
Plant Ecology, Studies in Ecology. Volume 9. Oxford: Blackwell Scientific
Publications
Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. New York:
Macmillan Publishing Co.
Setiadi, D. 1984. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam
Hubungannya dengan Pendugaan Sifat Habitat Bonita Tanah di Daerah Hutan Jati
Cikampek, KPH Purwakarta, Jawa Barat. Bogor : Bagian Ekologi, Departemen
Botani, Fakultas Pertanian IPB.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi
Tumbuhan. Bandung. ITB