Senin, 17 Juni 2013

ANALISIS VEGETASI



Analisis Vegetasi
Eri Nainggolan, A1c410024
Pendidikan Biologi, Jurusan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Jambi, 2013


Abstrak
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi atau masyarakat tumbuhan. Praktikum ini dilakukan dengan membuat plot dan diamati morfologi serta identifikasi vegetasi yang ada. Pengamatan dilakukan pada hari kamis, 20 desember  2012  di hutan  Universitas Jambi dengan alat ataupun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah tali rapia, meteran, dan lain sebagainya. Metode yang dilakukan yaitu  analisis vegetasi untuk menentukan jumlah populasi pohon yang terdapat pada suatu wilayah. Analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat 11 spesies dengan jumlah keseluruhan spesies adalah 15 pada seluruh plot. Dominansi vegetasi tebesar adalah pada spesies K dengan Indeks Nilai Penting (INP) sebesar 58,09 % dan terendah pada Spesies C sebesar 15,34 %.
Kata kunci: Analisis Vegetasi, Vegetasi, Indeks Nilai Penting

Pendahuluan
Analisis vegetasi ialah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Greig-Smith, 1983 dalam Heriyanto, 2009).
Analisis vegetasi merupakan cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan:
1) Mempelajari tegakan hutan, yaitu pohon dan permudaannya.
2) Mempelajari tegakan tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar.
Dari segi floristis ekologis pengambilan sampling dengan cara “random sampling” hanya mungkin digunakan apabila lapangan dan vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman. Pada umumnya untuk keperluan penelitian ekologi hutan lebih tepat dipakai “systematic sampling”, bahkan “purposive sampling” pun boleh digunakan pada keadaan tertentu. Luas daerah contoh vegetasi yang akan diambil datanya sangat bervariasi untuk setiap bentuk vegetasi mulai dari 1 dm2 sampai 100 m2. Suatu syarat untuk daerah pengambilan contoh haruslah representatif  bagi seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan kepada sifat umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk oleh populasi-populasi.  Jadi peranan individu suatu jenis tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-individu tadi, dengan demikian untuk melihat suatu komunitas sama dengan memperhatikan individu-individu atau populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang ada secara keseluruhan. Ini berarti bahwa daerah pengambilan contoh itu representatif  bila didalamnya terdapat semua atau sebagian besar dari jenis tumbuhan pembentuk komunitas tersebut  (Setiadi, 1984 dalam Heriyanto 2009).
Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu luas tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara keseluruhan.yang disebut luas minimum (Syafeyi, 1990 dalam Heriyanto, 2009). Dalam hal ini praktikan melakukan penelitian terhadap unit penyusun vegetasi pohon di hutan Universitas Jambi. Unit penyusun vegetasi (komunitas) adalah populasi, sedangkan unit penyusun populasi adalah semua individu yang berada di tempat praktikan dilakukan. Oleh karena itu, dalam penelitian mengenai vegetasi tumbuhan dilakukan dengan cara mengamati individu-individu yang terdapat dalam populasi tersebut. Kajian mengenai vegetasi mengungkapkan sifat dari setiap populasi sehingga dapat menggambarkan vegetasi berdasarkan karakteristik suatu populasi tersebut. Dalam hal ini kami mengadakan praktikum tentang analisis vegetasi pohon
Metode yang kami lakukan dalam praktikum analisis vegetasi pohon adalah metode kuadrat. Pohon yang kami dapat dalam plot adalah pohon yang diameter batangnya mencapai 31,5 cm. Dengan adanya hal tersebut kami melakukan praktikum tentang analisis vegetasi pohon yang selanjutnya kami akan menentukan nama pohon yang kami temukan dengan cara identifikasi, kemudian menentukan kerapataan populasi, dominansi populasi, frekuensi populasi, nilai penting suatu komunitas tumbuhan serta analisis vegetasi.
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang  hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis.
Vegetasi tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu:
1. Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda
2.  Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal
3.  Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983 dalam Heriyanto 2009).
            Gambaran tentang suatu vegetasi dapat dilihat dari keadaan unit penyusun vegetasi yang di cuplik. Berbagai karakter tumbuhan dapat di ukur, biasanya parameter vegetasi yang umum diukur adalah densitas (kerapatan), dominansi, dan frekuensi (kekerapan), Indeks Nilai Penting (INP). Densitas, dominan, frekuensi, dan INP dapat di peroleh dengan berbagai cara metode sampling. Parameter vegetasi tersebut dapat diukur secara kuantitatif sebagai berikut :
1.        Densitas seluruh spesies
Densitas seluruh spesies = Jumlah cacah individu seluruh spesies / Luas daerah cuplikan
2.        Densitas spesies A
Densitas spesies A = Jumlah cacah individu spesies A / Luas area cuplikan
3.        Luas area cuplikan
Luas area cuplikan = Jumlah plot x Luas plot
4.        Densitas relatif spesies A
Densitas relatif spesies A = Total cacah individu spesies A / Total cacah individu seluruh spesies x 100%
5.        Frekuensi absolute
Frekuensi absolut = Jumlah plot yang ada spesies A/ Jumlah seluruh plot x 100%
6.        Frekuensi spesies A
   Frekuensi adalah pengukuran distribusi atau agihan spesiesyang ditemukan pada plot yang dikaji. Frekuensi menjawab pertanyaan pada plot mana saja spesies tersebut ditemukan atau beberapa kali munculnya suatu spesies pada plot yang di teliti. Frekuensi diekspresikan sebagai prosentase munculnya cacah plot tempat suatu spesies ditemukan.
Frekuensi spesies A =    jumlah plot terdapatnya spesies A    x 100 %
                                      jumlah seluruh plot yang dicuplik
Misalnya spesies A dalam 10 plot yang di teliti ditemukan 2 kali atau muncul 2 kali, Jadi frekuensi spesies A =  x 100 % = 20 %
Frekuensi dapat di nyatakan dalam pecahan atau dalam persen. Frekuensi dapat juga di ekspresikan dengan istilah relatif.
Frekuensi relatif spesies A =   total frekuensi spesies A x 100 %
                                                Jumlah total frekuensi spesies A

7.        Frekuensi relatif
Frekuensi relatif = Frekuensi spesies A / Frekuensi spesies x 100 %
8.        Kerapatan (K)
Kerapatan populasi di definisikan sebagai ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang. Kerapatan kasar merupakan cacah individu per satuan ruang total sedangkan kerapatan ekologik adalah cacah individu per satuan habitat (luas daerah yang sesungguhnya dapat di huni populasi). Bisa juga dinyatakan bahwa kerapatan adalah jumlah individu per unit area.
Individu dalam populasi mungkin diagihkan menurut tiga pola yaitu : acak, seragam dan berkelompok (tidak teratur dan tidak teracak). Dominasi adalah pengendalian nisbi yang di terapkan oleh makhluk atas komposisi spesies dalam komunitas.
ID = n.
 
Indeks dominansi dapat di hitung dengan rumus :
 
ID : indeks dominansi
n    : jumlah plot yang di dalamnya terdapat spesies A
N   : jumlah X (spesies A)
Tipe penyebaran
· jika id = 1, maka distribusi populasi adalah random
· jika id > 1, maka distribusi populasi adalah seragam
· jika id <  maka distribusi populasi adalah mengelompok.
9.        Dominansi absolute spesies
Dominansi absolute diperoleh dengan cara sebagai berikut :


Rounded Rectangle: Dominansi absolute = Basal area : ukuran cuplikan area
 


10.    Basal area
Basal area merupakan penutupan areal hutan mangrove oleh batang pohon. Basal area didapatkan dari pengukuran batang pohon mangrove yang diukur secara melintang (Cintron dan Novelli, 1984). Diameter batang tiap spesies tersebut kemudian diubah menjadi basal area dengan menggunakan rumus :


Dimana : BA = Basal Area
                                Ï€ = 3,14  
              d = Diameter batang
11.    Kerapatan absolute
Kerapatan absolute = Luas area / P2
P = Total jarak / jumlah point center
12.    Kerapatan relative
Kerapatan relative = Jumlah spesies / Total seluruh spesies x 100 % (Bambang, 2012).

Bahan Dan Metode
Adapun alat ataupun bahan yang digunakan praktikum analisis vegetasi adalah tali rapia, meteran, buku, pena dan lain sebagainya. Percobaan Analisis Vegetasi dilaksanakan pada hari kamis, 20 desember 2012 pada area hutan Universitas Jambi. Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung seberapa luas penyebaran populasi vegetasi suatu tumbuhan yang terdapat di suatu lahan. Percobaan dilakukan dengan membuat plot berukuran 5 x 5 meter. Setiap kelompok melakukan pengamatan terhadap dua buah plot membentuk pola berseberangan, sehingga antara plot satu dan plot lainnya membentuk arah diagonal dengan vegetasi yang berbeda-beda tiap plot. Didalam tiap plot yang telah dibuat diamati vegetasi yang ada, kemudian dilakukan pengukuran dan pengambilan sampel dengan catatan diameter vegetasi yang dipilih memiliki diameter lebih dari 10 cm. Sampel yang didapat di identifikasi jenisnya berdasarkan strutur morfologi yang terlihat seperti daun, dahan, buah, dan biji.
Keseluruhan data vegetasi yang diperoleh dari setiap kelompok dikumpulkan untuk di identifikasi apakah terdapat spesies yang serupa. Sampel yang diperoleh dibuat dalam bentuk tabel data kelas dan dihitung jumlah spesies vegetasi yang berhasil di identifikasi. Dilakukan pula penghitungan terhadap kerapatan, frekuensi, dominansi dan Indeks Nilai Penting (INP).




Hasil dan Pembahasan
Hasil
Tabel 3.1 Lembar data pengamatan analisis vegetasi dengan metode kuadran
No
Nama spesies
Jumlah pada plot
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
A
-
1
1
-
-
-
-
-
-
-
2
2
B
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
3
C
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
4
D
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
1
5
E
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
1
6
F
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
1
7
G
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
1
8
H
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
1
9
I
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
1
10
J
-
-
-
-
-
-
-
1
-
1
2
11
K
-
-
-
-
-
-
-
-
1
2
3
Tabel 3.2 Lembar data keliling, jari-jari, dan luas bidang dasar suatu jenis
No
Spesies
keliling (m)
r (m)
Luas bidang dasar (m2)
1
A1
0,57
0,090
0,025
2
A2
0,37
0,058
0,010
3
B
0,82
0,130
0,053
4
C
0,345
0,054
0,009
5
D
0,47
0,074
0,017
6
E
0,81
0,128
0,052
7
F
0,429
0,068
0,014
8
G
0,37
0,059
0,010
9
H
0,754
0,120
0,045
10
I
0,389
0,062
0,012
11
J1
1,039
0,165
0,086
12
J2
0,779
0,124
0,048
13
K1
1,6
0,127
0,050
14
K2
0,434
0,069
0,015
15
K3
0,829
0,132
0,054

Tabel 3.3 Kerapatan mutlak dan Kerapatan relatif
No
Spesies
KM (pohon/ ha)
KR(%)
1
A
80
13.33
2
B
40
6,66
3
C
40
6,66
4
D
40
6,66
5
E
40
6,66
6
F
40
6,66
7
G
40
6,66
8
H
40
6,66
9
I
40
6,66
10
J
80
13.33
11
K
120
20
Tabel 3.4 Frekuensi mutlak dan frekuensi relatif
No
Spesies
FM
FR (%)
1
A
0,2
14,28
2
B
0,1
7,14
3
C
0,1
7,14
4
D
0,1
7,14
5
E
0,1
7,14
6
F
0,1
7,14
7
G
0,1
7,14
8
H
0,1
7,14
9
I
0,1
7,14
10
J
0,2
14,28
11
K
0,2
14,28

Tabel 3.5  Dominansi mutlak dan dominansi relatif
No
Spesies
DM (m2/ ha)
DR(%)
1
A
1,47
7,23
2
B
2,12
10,43
3
C
1,312
1,53
4
D
0,6
2,95
5
E
2,12
10,43
6
F
0,6
2,95
7
G
0,45
2,21
8
H
1,81
8,91
9
I
0,48
2,36
10
J
5,52
27,17
11
K
4,48
13,81
Tabel 3.6 Indeks Nilai Penting dan SDR (Summed Dominance ratio) setiap spesies pohon
No
Spesies
INP
SDR
1
A
34,84
11,61
2
B
24,24
8,08
3
C
15,34
5,11
4
D
16,76
5,59
5
E
24,24
8,08
6
F
16,76
5,59
7
G
16,02
5,34
8
H
22,72
7,57
9
I
16,17
5,39
10
J
54,78
18,26
11
K
58,09
19,36


Pembahasan
Pengamatan vegetasi yang telah dilakukan memperlihatkan data dengan hasil jumlah vegetasi yang ditemukan adalah 15 spesies yang terdiri dari 11 jenis spesies, dimana spesies yang tersebut belum teridentifikasi. Perhitungan lebih kompleks dari vegetasi yang didapat dan di identifikasi meliputi kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, dominasi, dominasi relatif, dan indeks nilai penting disajikan pada tabel lampiran. data menunjukkan bahwa komposisi dan struktur tumbuhan yang nilainya bervariasi pada setiap jenis karena adanya perbedaan karakter masing-masing pohon.
Menurut Kimmins (1987), variasi struktur dan komposisi tumbuhan dalam suatu komunitas dipengaruhi antara lain oleh fenologi, dispersal, dan natalitas. Keberhasilannya menjadi individu baru dipengaruhi oleh vertilitas dan ekunditas yang berbeda setiap spesies sehingga terdapat perbedaan struktur dan komposisi masing-masing spesies.
Kerapatan relatif setiap vegetasi berbeda-beda. Terlihat dari data yang dihitung bahwa kerapatan vegetasi tertinggi adalah pada Spesies A sebesar 13,33%, kemudian diikuti Spesies J dengan kerapatan sebesar 13,33%, serta spesies B sama dengan spesies C, spesies D, spesies E, spesies F, spesies G, spesies H, spesies I vegetasi dengan kerapatan rendah sebesar 6,67% dan kerapatan tertinggi terdapat pada spesies K dengan kerapatan relatif sebesar 20 %
Kerapatan suatu spesies menunjukkan jumlah individu spesies dengan satuan luas tertentu, maka nilai kerapatan merupakan gambaran mengenai jumlah spesies tersebut pada lokasi pengamatan. Nilai kerapatan belum dapat memberikan gambaran tentang bagaimana distribusi dan pola penyebarannya. Gambaran mengenai distribusi individu pada suatu jenis tertentu dapat dilihat dari nilai frekwensinya sedangkan pola penyebaran dapat ditentukan dengan membandingkan nilai tengah spesies tertentu dengan varians populasi secara keseluruhan (Arrijani, 2006).
Frekuensi terbesar ditemukan pada vegetasi spesies A, spesies J dan K sebesar 14,28% dari 10 plot yang diamati,. Jenis ini merupakan jenis yang nilai kerapatan dan frekuensinya tertinggi sehingga dapat dianggap sebagai jenis yang rapat serta tersebar luas pada hampir seluruh lokasi pengamatan. Kedua nilai ini penting artinya dalam analisis vegetasi karena saling terkait satu dengan yang lainnya.
Menurut Greig-Smith (1983) nilai frekuensi suatu jenis dipengaruhi secara langsung oleh densitas dan pola distribusinya. Nilai distribusi dapat memberikan informasi tentang keberadaan tumbuhan tertentu dalam suatu plot dan belum dapat memberikan gambaran tentang jumlah individu pada masing-masing plot.
Dominansi pada setiap vegetasi yang ditemukan terbesar pada spesies J sebesar 27,17 % dan Spesies K sebesar 23,81 %, sementara dominansi terendah terdapat pada vegetasi jenis spesies C, Spesies G dan Spesies I.
Indeks nilai penting merupakan hasil penjumlahan nilai relatif ketiga parameter (kerapatan, frekwensi dan dominasi) yang telah diukur sebelumnya, sehingga nilainya juga bervariasi. Nilai INP tertinggi ditemukan pada jenis pesies K sebesar 58,09 %. Besarnya indeks nilai penting menunjukkan peranan jenis yang bersangkutan dalam komunitasnya atau pada lokasi penelitian. Sehingga dari pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa vegetasi dominan yang tersebar pada hutan Universitas jambi adalah dari Spesies K.

Simpulan
Berdasarkan data hasil pengamatan dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam analisis komunitas tumbuhan terdapat parameter-parameter yang harus dilakukan untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan. Parameter yang digunakan dalam praktikum ini yaitu parameter kualitatif yang didalamnya terdapat densitas yaitu jumlah individu per unit luas atau per unit volume, frekuensi yaitu besarnya intensitas ditemukannya suatu species organisme dalam pengamatan keberadaan organisme pada komunitas atau ekosistem, luas penutupan yaitu proporsi antara luas tempat  yang ditutupi oleh species tumbuhan dengan luas total habitat, indeks nilai penting yaitu parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi species-spesies dalam suatu  komunitas tumbuhan, indeks dominansi yaitu parameter menyatakan tingkat terpusatnya dominansi species dalam suatu komunitas, indeks keragaman yaitu ciri tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologinya. Berdasarkan percobaan analisis vegetasi yang telah dilkukan diperoleh kesumpulan sebagai berikut: Terdapat 15 jenis vegetasi dari 10 plot area pada hutan Universitas jambi, setiap jenis vegetasi memiliki kerepatan, frekuensi, dominansi dan INP yang berbeda-beda
Kerapatan vegetasi tertinggi terdapat pada Spesies K sebesar 20% dan terendah terdapat pada spesies B sampai I, Frekuensi vegetasi tertinggi terdapat pada Spesies A, spesies J, dan spesies K sebesar 14,28%, dan terendah terdapat pada spesies B sampai I dengan frekuensi relatif sebesar 7, 14 %. Dominansi vegetasi tertinggi terdapat pada Spesies J sebesar 27,17% dan terendah terdapat pada spesies C sebesar 1,53 %, INP vegetasi tertinggi terdapat pada Spesies K sebesar 58,09% dan terendah terdapat pada spesies C sebesar 15,34 %.
Analisis Vegetasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pesatnya penyebaran suatu spesies pada suatu area pangamatan/penelitian. Sehingga dapat diketahui kerapata, frekuensi, dominansi, dan INP dari spesies itu sendiri.

Daftar Pustaka
Arrijani, dkk .2006. Analisis Vegetasi. Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung  Gede-Pangrango
Bambang, dkk. 2012. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Jambi: UNJA
Greig-Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Volume 9. Oxford: Blackwell Scientific Publications
Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. New York: Macmillan Publishing Co.
Setiadi, D. 1984. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya dengan Pendugaan Sifat Habitat Bonita Tanah di Daerah Hutan Jati Cikampek, KPH Purwakarta, Jawa Barat. Bogor : Bagian Ekologi, Departemen Botani, Fakultas Pertanian IPB.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung. ITB